Karyawan Yang Punya Skill & SDM Bagus


The top software developers are more productive than average software developers not by a factor of 10x, or 100x, or even 1000x, but by 10000x. Nathan Myhrvold, CTO  Microsoft

Seorang programmer yang bagus bisa produktif 10 ribu kali lipat dibandingkan programmer biasa. Demikian ujar Nathan Myhrvold, Chief Technological Officer Microsoft.

Ya, kita bisa paham, karena kita sudah biasa mendengar transfer pemain sepakbola yang mencapai trilyunan rupiah. Seorang pemain striker yang bagus, bisa sangat produktif mencetak gol. kalau dia seorang ‘play maker’ seperti Ruud Gullit atau Zinedine Zidane, dia bisa sering menciptakan peluang gol. Bayaran mereka mencapai milyaran rupiah seminggu, dan nilai transfernya mencapai trilyunan.

Peter Drucker menyatakan bahwa pada akhirnya perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk mendapatkan talenta terbaik. Perusahaan yang bagus bisa mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus. Perusahaan yang buruk ternyata gagal mendapatkan dan mempertahankan SDM yang bagus ini.

Orang vs Sistem

Sebagian pihak akan berargumen bahwa sistem yang bagus semestinya tidak bergantung pada orang yang bagus. Ibaratnya sistem Mc Donald’s yang dikerjakan orang biasa, namun menghasilkan burger luar biasa. Itu karena sistemnya luar biasa.

Pendapat tersebut sebagian benar. Sistem yang bagus memang akan menjamin hasil yang bagus. Nah, sadarkah kita bahwa sistem bagus tersebut juga merupakan produk dari kreator yang bagus? Bukankah berarti bahwa kita memerlukan SDM yang bagus untuk dapat menciptakan sistem yang bagus?

Di sisi lain, tidak semua hal dapat disistemkan dengan mudah. Kita dapat membagi pekerjaan menjadi 4 bentuk, yaitu kombinasi rutinitas (rutin – tidak rutin) dan kompleksitas (sederhana -rumit). Ada pekerjaan yang rutin dan sederhana, ada yang rutin tapi kompleks, ada yang tidak rutin dan sederhana, dan ada yang tidak rutin sekaligus rumit.

Pekerjaan yang rutin artinya dilakukan secara berulang terus-menerus. Misalnya adalah memasukkan pencatatan keuangan, atau merakit bagian mobil. Setiap hari pegawai akan melakukan hal yang sama terus-menerus. Yang tidak rutin misalnya adalah belanja mebel kantor, atau memperbaiki alat perakitan yang rusak.

Pekerjaan yang sederhana artinya tidak memerlukan keahlian tinggi, atau tidak perlu memerlukan pelatihan yang khusus. Pekerjaan sederhana misalnya mencatat pengeluaran uang di buku kas, atau membersihkan area kerja perakitan. Sedangkan pekerjaan yang rumit memerlukan keahlian khusus, misalnya menggabungkan akuntansi multi perusahaan, atau mendesain alat penyemprot cat mobil.

Ketika kasusnya adalah rutin dan sederhana, maka kita cukup meniru sistem yang sudah bagus. Kita tidak perlu mempekerjakan orang bagus. Yang biasa-biasa saja sudah cukup. Ketika kasusnya tidak rutin namun sederhana, kita juga tidak memerlukan orang yang bagus. Orang biasa saja juga cukup. Artinya, sesuatu yang sederhana tidak memerlukan orang yang bagus (silahkan definisikan sendiri apa itu sederhana.. hehe).

Nah, ketika persoalan menjadi rumit (kompleksitas tinggi), kita memerlukan SDM yang bagus. Termasuk diantaranya adalah ketika kita akan membangun sistem yang bagus. Ibaratnya, perlu pelatih bola yang bagus agar sistem latihannya menjadi bagus. Dan juga kita perlu pemain bola yang bagus agar bisa produktif mencetak gol. Pelatih yang bagus dan pemain yang bagus bisa dianggap SDM dengan pekerjaan rutin yang rumit.

Ada juga pekerjaan non rutin sekaligus rumit. Ini misalnya pekerjaan mendesain sistem, atau merangcang alat, konsultan, riset penelitian, juga pelukis dan desainer, yang sifatnya tidak dilakukan berulang-ulang karena setiap kali kasusnya akan berbeda. Pekerjaan ini memerlukan SDM yang brilyan.

Brilyan merepotkan?

Dan seperti biasanya hal yang langka, SDM yang bagus perlu diperhatikan dengan baik. Terkadang bukan masalah uang, tapi masalah lain seperti kepuasan pekerjaan, jaminan-jaminan, atau rasa dihargai.

Jim Collins dalam bukunya Good to Great memberikan kiat merekrut SDM bagus. Kiatnya adalah : rekrut lah orang dengan nilai-nilai diri yang sama dengan perusahaan Anda.

Ada orang yang sangat bagus, tapi bukan tipe enterpreneur. Jenis orang ini akan memilih perusahaan mapan dengan gaji besar dan benefit tinggi. Ini tipe pencari aman. Google yang sudah raksasa seperti sekarang ini dapat merekrut orang dengan tipe aman tersebut. Namun dulu, ketika Google baru mulai, dia hanya bisa merekrut orang brilyan dengan jiwa petualang. Tipe risk taker. Pendiri Google, Page dan Brin, sendiri mestinya adalah jenis orang seperti ini. Demikian pula pendiri Microsoft, Gates dan Allen, mereka adalah tipe risk taker. Mereka merekrut ‘diri mereka’ sendiri untuk memulai perusahaan software yang waktu itu dianggap sebelah mata oleh perusahaan besar.

Jadi kalau perusahaan Anda sangat besar, tentu bisa mendapatkan orang brilyan yang penyuka ‘comfort zone’. Tapi kalau perusahaan Anda masih bayi, Anda hanya bisa merekrut orang brilyan yang risk taker.

Apapun, yang jelas kata Peter Drucker, perusahaan yang beruntung adalah perusahaan yang bisa merekrut dan mempertahankan SDM unggul. Inilah aset sesungguhnya dari sebuah perusahaan.

sumber : http://sepia.blogsome.com/2008/03/02/penghematan/

About Abing Manohara
Hi...Assalamu 'alaikum...I like to write, sharing kindliness and science, tips and solution. Hopefully with this blog many charitable and benefit which I can do for the others people. Solidarity forever....

Leave Comment